Friday, June 8, 2018

Lupa Diri, Bangsaku Terancam Punah

Siapa yang membangun Thebes, sebuah kota di Mesir kuno yang terletak 800 km sebelah selatan lautan tengah di tepi timur sungai nil dari tujuh gerbang?
Berbagai literatur dalam sejarah ummat manusia, apakah engkau menemukan nama-nama raja yang mengangkut bongkahan batu? Alexander muda menaklukkan India, apakah dia sendiri? Caesar mengalahkan Galia (kawasan Eropa Barat) dalam pertempuran Alesia, apakah Caesar tidak berjuang bersama setelah perang itu usai? Di Spanyol, Philip menangis ketika armadanya pergi bertempur, apakah dia dia satu-satunya yang menangis? Setiap kemenangan dalam pertempuran, siapa yang memasak untuk merayakannya?
Begitu banyak informasi, begitu banyak pertanyaan dan begitu luasnya pengetahuan. 
Bertolt Brecht, Pertanyaan Dari Pekerja

Diam, meratapi dan merenungi kehidupan adalah cara untuk menyelami makna puisi "pertanyaan" dari Brecht. Jawaban dari segala pertanyaan sejarah masa lalu merupakan warisan berharga bagi kehidupan kini. Sejarah bukan 'bunk' seperti yang dikatakan Henry Ford, salah satu kelompok Multinasional Corporations (MNC) pada bidang otomotif, musuh pahit serikat buruh dan pengagum awal Adolf Hitler. Sejarah adalah tentang urutan kejadian yang mengarah pada kehidupan kita dalam menjalani hidup sekaligus menjadi kisah tentang bagaimana menjadi atau mengenal diri sendiri .

"Dia yang mengontrol masa lalu akan mengontrol masa depan" sebuah slogan dari totalitarians yang mengontrol negara dalam novel George Orwell 1984. Slogan ini yang selalu dianggap serius oleh mereka yang tinggal di istana dengan kehidupan yang sangat sempurna bagaikan berada dalam surga.

Sekitar 22 abad yang lalu, seorang kaisar Tiongkok menjatuhi hukuman mati bagi siapapun yang menggunakan masa lalu untuk mengkritik masa kini. Kaum Aztec berusaha menghancurkan catatan dari negara-negara sebelumnya ketika mereka menaklukkan Lembah Meksiko pada abad ke-15, dan Spanyol berusaha menghancurkan semua catatan Aztec ketika mereka pada gilirannya menaklukkan wilayah Aztec di tahun 1620-an. Kejadian masa lalu akan terus terulang. Di Uni Soviet, Menantang sejarawan resmi Stalin atau Hitler di Jerman serta Soeharto di Indonesia berarti penjara, pengasingan atau kematian. Sejak zaman Firaun pertama hingga kini, Penguasa memiliki hak dalam menyajikan sebuah prestasi yang tertulis dalam lembar sejarah sebagai bentuk pencapiannya. Namun, setiap pencapian yang menjadi kebanggan penguasa didapatkan dengan cara mengorbankan darah bahkan nyawa yang tidak disertakan atau ditulis dalam pencapiannya.

Ada banyak cara agar sang penguasa dapat menghipnotis manusia sehingga pencapian yang dilakukan mendapatkan apresiasi bahkan menjadi idola bagi mereka yang telah terhipnotis. Selain buku, di abad 21 saat ini, teknologi menjadi alat paling efektif dalam menghipnotis. Tampil di media dengan berbagai pencapian yang dicapai penguasa sedang pencapian itu berasal dari luka, derita dan bahkan nyawa sebagaimana pembuatan Piramida di Mesir yang menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia.

Dalam sebuah negara, terkhusus negara dunia ketiga yang menganut sistem demokrasi liberal meniscayakan lahir clan-clan atau kelompok baru. Clan tersebut saling bertaruh untuk menjadi penguasa di wilayah yang mereka tempati. Jika clan yang satu menjadi penguasa, maka clan yang lain akan menjadi anti penguasa manakala clan tersebut tidak ingin kompromi sebagaimana kisruh yang terjadi di bumi pertiwi saat ini.

Max Line, Bangsa Yang Belum Usai. Dalam buku tersebut yang merangkum kondisi-kondisi sosio-ekonomi sejak didesakkannya resep-resep ekonomi neo-liberal, yang memperkuat proses politik menggulingkan Soeharto sepanjang tahun 1990 hingga periode pasca Soeharto. Max lane berupaya untuk memberikan penjelasan tentang kesadaran yang terpecah dalam protes-protes social yang terus ada setelah kejatuhan Soeharto. Analisanya menyimpulkan bahwa, walaupun gerakan massa menentang kediktatoran telah berhasil merebut kembali budaya politik Indonesia yang dibutuhkan bagi revolusi nasional (mobilisasi aksi), namun proses untuk merebut kembali ideologi dan budaya yang dibutuhkan juga bagi revolusi nasional, baru saja mulai berjalan.

Ideologi Demokrasi Terpimpin gagasan Soekarno sudah dilupakan, Demokrasi Pancasila buatan Orde Baru tercoreng karena menjadi dasar sistim otoriter yang ditumbangkan massa selama reformasi. Lalu ideologi apa yang bisa mengisi kehampaan ini atau memang masyarakat Indonesia pasca Orde Baru tidak membutuhkan ideologi lagi?

Perubahan politik yang terjadi di Indonesia adalah karena aksi massa. Tahun 1965, gerakan mahasiswa pada saat itu dilakukan secara politis, dan paska 1966 aksi-aksi yang terjadi justru anti politik. Saat itu juga menguat peranan institusi, yakni militer. Dan pada tahap berikutnya, tahun 1970an dimunculkan isu korupsi sebagai gerakan moral dengan tokoh seperti Arief Budiman yang akhirnya meluas menjadi aksi anti modal Jepang dan anti militerisma.

Indonesia yang sekarang secara faktual telah menjadi nation belumlah siap menjadi bangsa yang utuh kata Max Line. Masih banyak pekerjaan-pekerjaan rumah yang sebenarnya belum selesai, bahkan pekerjaan tersebut telah menumpuk dan semakin menumpuk. Inilah yang mendorong lahirnya berbagai kemungkinan gerakan sosial yang masif dan kadang sulit diduga bahkan di kontrol. Tidak terhitung lagi, sudah beberapa kali gelombang gerakan massa sejak pertama kali berdirinya bangsa Indonesia sampai akhir tumbangnya Soeharto oleh gerakan reformasi 1998. Namun apakah gerakan yang cendrung revolusioner tersebut telah membuahkan hasil atau bahkan akan kembali set-back seperti sebelumnya.

Tidaklah mudah memang dalam menganalisa secara detail tentang Indonesia karena demikian luas dan beragamnya potensi yang berada dalam negara Indonesia. Tapi setidaknya dalam perspektif sejarah dan pengalaman masa lalu, bangsa Indonesia dibangun dalam pondasi yang sangat lemah sehingga hampir mimpi-mimpi tentang Indoesia belum ditemukan secara utuh, mau apa dan dikemanakan bangsa Indonesia ini. Pertarungan pemikrian tersebut terlihat dari berbagai polemik para tokoh-tokoh sejarah yang sering jatuh dan bangun, keluar dan masuk bui oleh bangsa sendiri.

Berbagai perpektif tentang Indonesia banyak dilatarbelakangi oleh kondisi dan situasi dunia pada massa sejarah dan modern sekarang ini. Karena Indonesia adalah bagian dari gerakan bangsa-bangsa di dunia yang satu sama lain juga memiliki berbagai kepentingan yang berbeda. Oleh karena itu sering dalam sejarahnya Indoesia telah menjadi bagian dari konflik dan kepentingan ideologi dunia lain seperti halnya kepentingan Barat dan Timur dalam perang dingin lalu. Tidak sedikit yang kemudian juga bagian dari antek-antek penjajah massa lalu atau bagian dari gerakan ideologi kapitalis atau sosialis bahkan fundamentalis dunia.

Maka dari itu sudah sepantasnya Indonesia berkaca pada sejarah dan massa lalu sehingga dapat memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Intinya, Indonesia sebagai bangsa yang kalah harus belajar dari kekalahan dan keluar dari kepentingan-kepentingan dunia lain atau global saat ini. Sudah saatnya bangsa Indonesia kembali menggali identitas diri dan memberdayakan identitas asli milik bangsa sendiri, yang akhirnya Indonesia memiliki frame tersendiri dalam membangun dan menata dunianya. Dengan potensi yang luar biasa dan tidak dimiliki oleh bangsa lain maka Indonesia akan menjadi bangsa yang besar bahkan akan menjadi salah satu bangsa "adi daya" yang juga tidak tertandingi sebagaimana negara maju lainnya...

Thursday, April 19, 2018

Megatrand Abad 21: Wajah Baru Kehidupan Manusia (Bagian II)

Tidak dapat diragukan lagi bahwa memasuki abad ke-21 yang ditandai semakin berkembang dan majunya teknologi serta percepatan informasi dirasakan oleh banyak orang sebagai pemberi manfaat besar serta memperkaya kehidupan manusia. Pengalaman inilah yang paling pertama-tama menguatkan pengertian mengenai kemajuan. Kemanfaatan kemajuan teknologi dan percepatan informasi pertama-tama bersifat material, dalam hal peningkatan standar kehidupan, pemberantasan kelaparan dan penyakit, penurunan angka kematian dan perpanjang kemungkinan hidup dan seterusnya. Selain manfaat materia, ada juga manfaat yang non materilnya, termasuk gagasan kebebasan individu yang menjadi sangat penting sejak abad pencerahan.
 
Sementara itu, di abad ke-21 ini juga telah dirasakan sebagai bentuk kehidupan yang sangat mahal. Sebagian daripadanya bersifat material pula, sebagai akibat dari dislokasi yang terutama terjadi pada tahap-tahap awal kemajuan teknologi. Biaya-biaya yang bersifat non material namun bagi manusia tidaklah menjadi suatu permasalahan. Sebut saja, rusaknya solidaritas tradisonal, pemaksaan peranan-peranan baru serta pola-pola kelembagaan, hilangnya kepercayaan terhadap nila-nilai dan kepercayaan lama. Dalam keadaan yang paling buruk biaya-biaya ini menjerumuskan individu ke dalam anomie, yakni suatu keadaan tidak mengakar, tidak bertujuan, tidak lagi merasa betah di dunia.

Ketidakpuasan terhadap kemajuan teknologi atau modernitas ini telah sejak awal mengundang perlawanan dalam berbagai bentuk. kadangkala bersifat politis dan kejam, di lain waktu tidak lebih dari usaha sejumlah orang untuk menjaga wilayah tertentu dalam kehidupan mereka. Perlawanan terhadap modernitas semacam itu terjadi di Eropa pada waktu permulaan. Selain itu, masyarakat di Dunia Ketiga melanjutkan atau melakukan hal yang sama dan juga tentunya terdapat banyak gejala yang sebanding diantara masyarakati industri maju di Barat. Dengan demikian kebangkitan suatu neotradisionalisme. semisal  bangkitnya tradisional baru di Islam yang dianggap galak dan sangat radikal di semua gejala sejarah. meskipun seperti halnya pada penyebab tunggal, namun sekecil apa pun ia juga merupakan perwujudan perlawanan terhadap modernitas.

Di negara-negara Barat gejala-gejala seperti antikemapanan, sayap yang lebih radikal dari gerakan ekologi dan aspek-aspek tertentu dari Orientalisme relegius akan memiliki unsur kontramoderen di dalamnya. Banyak teori ilmu sosial mengenai proses modernisasi yang melihatnya sebagai unilinier, tidak dapat dibalik, dan barangkali tidak dapat diatasi. Pandangan ini seharusnya diubah, kemajuan teknologi dan percepatan informasi di abad ke-21 sejak awal senantiasa dalam suatu hubungan saling bersambut dengan kontramodernisasi. Terdapat pesang-surut dalam hubungan ini, ada kalanya satu "pihak" dalam persaingan ini unggul, pada kesempatan lain yang lainnya.

Teori modernisasi lama dapat dibenarkan bahwa di sepanjang waktu, modernisasi merupakan kekuatan yang unggul, dengan perlawanan kontramodernisasi lebih bersifat menghambat atau modifikasi daripada membalik proses modernisasi. Alasannya, agak sederhan, bahwa "mesin" teknologi masyarakat kontemporer tidak dapat dibalik tanpa menimbulkan dislokasi yang sesungguhnya tak terbayangkan dan, sekali menjadi mapan, inti sistem setiap moderen ini menyebabkan pengaruh-pengaruhnya ke dalam setiap pranata dengan kekuasaan raksasa. Tetapi, perlu dikemukakan, sejarah modernisasi hingga abad ke-21 kini bukan berarti merupakan petunjuk yang paling benar bagi perjalanannya ke masa depan, terutama dari segi kenyataan bahwa kultur-kultur bukan hanya Barat yang sekarang mengambil peranan penting dalam drama kehidupan ini...

Link: https://www.kompasiana.com/muhammad_fadly_08/5ad95177bde5756984479f54/megatrand-abad-21-wajah-baru-kehidupan-manusia-bagian-ii