Tidak dapat diragukan lagi bahwa memasuki abad ke-21 yang ditandai semakin berkembang dan majunya teknologi serta percepatan informasi dirasakan oleh banyak orang sebagai pemberi manfaat besar serta memperkaya kehidupan manusia. Pengalaman inilah yang paling pertama-tama menguatkan pengertian mengenai kemajuan. Kemanfaatan kemajuan teknologi dan percepatan informasi pertama-tama bersifat material, dalam hal peningkatan standar kehidupan, pemberantasan kelaparan dan penyakit, penurunan angka kematian dan perpanjang kemungkinan hidup dan seterusnya. Selain manfaat materia, ada juga manfaat yang non materilnya, termasuk gagasan kebebasan individu yang menjadi sangat penting sejak abad pencerahan.
Sementara itu, di abad ke-21 ini juga telah dirasakan sebagai bentuk kehidupan yang sangat mahal. Sebagian daripadanya bersifat material pula, sebagai akibat dari dislokasi yang terutama terjadi pada tahap-tahap awal kemajuan teknologi. Biaya-biaya yang bersifat non material namun bagi manusia tidaklah menjadi suatu permasalahan. Sebut saja, rusaknya solidaritas tradisonal, pemaksaan peranan-peranan baru serta pola-pola kelembagaan, hilangnya kepercayaan terhadap nila-nilai dan kepercayaan lama. Dalam keadaan yang paling buruk biaya-biaya ini menjerumuskan individu ke dalam anomie, yakni suatu keadaan tidak mengakar, tidak bertujuan, tidak lagi merasa betah di dunia.
Ketidakpuasan terhadap kemajuan teknologi atau modernitas ini telah sejak awal mengundang perlawanan dalam berbagai bentuk. kadangkala bersifat politis dan kejam, di lain waktu tidak lebih dari usaha sejumlah orang untuk menjaga wilayah tertentu dalam kehidupan mereka. Perlawanan terhadap modernitas semacam itu terjadi di Eropa pada waktu permulaan. Selain itu, masyarakat di Dunia Ketiga melanjutkan atau melakukan hal yang sama dan juga tentunya terdapat banyak gejala yang sebanding diantara masyarakati industri maju di Barat. Dengan demikian kebangkitan suatu neotradisionalisme. semisal bangkitnya tradisional baru di Islam yang dianggap galak dan sangat radikal di semua gejala sejarah. meskipun seperti halnya pada penyebab tunggal, namun sekecil apa pun ia juga merupakan perwujudan perlawanan terhadap modernitas.
Di negara-negara Barat gejala-gejala seperti antikemapanan, sayap yang lebih radikal dari gerakan ekologi dan aspek-aspek tertentu dari Orientalisme relegius akan memiliki unsur kontramoderen di dalamnya. Banyak teori ilmu sosial mengenai proses modernisasi yang melihatnya sebagai unilinier, tidak dapat dibalik, dan barangkali tidak dapat diatasi. Pandangan ini seharusnya diubah, kemajuan teknologi dan percepatan informasi di abad ke-21 sejak awal senantiasa dalam suatu hubungan saling bersambut dengan kontramodernisasi. Terdapat pesang-surut dalam hubungan ini, ada kalanya satu "pihak" dalam persaingan ini unggul, pada kesempatan lain yang lainnya.
Teori modernisasi lama dapat dibenarkan bahwa di sepanjang waktu, modernisasi merupakan kekuatan yang unggul, dengan perlawanan kontramodernisasi lebih bersifat menghambat atau modifikasi daripada membalik proses modernisasi. Alasannya, agak sederhan, bahwa "mesin" teknologi masyarakat kontemporer tidak dapat dibalik tanpa menimbulkan dislokasi yang sesungguhnya tak terbayangkan dan, sekali menjadi mapan, inti sistem setiap moderen ini menyebabkan pengaruh-pengaruhnya ke dalam setiap pranata dengan kekuasaan raksasa. Tetapi, perlu dikemukakan, sejarah modernisasi hingga abad ke-21 kini bukan berarti merupakan petunjuk yang paling benar bagi perjalanannya ke masa depan, terutama dari segi kenyataan bahwa kultur-kultur bukan hanya Barat yang sekarang mengambil peranan penting dalam drama kehidupan ini...
Link: https://www.kompasiana.com/muhammad_fadly_08/5ad95177bde5756984479f54/megatrand-abad-21-wajah-baru-kehidupan-manusia-bagian-ii