Thursday, April 19, 2018

Megatrand Abad 21: Wajah Baru Kehidupan Manusia (Bagian II)

Tidak dapat diragukan lagi bahwa memasuki abad ke-21 yang ditandai semakin berkembang dan majunya teknologi serta percepatan informasi dirasakan oleh banyak orang sebagai pemberi manfaat besar serta memperkaya kehidupan manusia. Pengalaman inilah yang paling pertama-tama menguatkan pengertian mengenai kemajuan. Kemanfaatan kemajuan teknologi dan percepatan informasi pertama-tama bersifat material, dalam hal peningkatan standar kehidupan, pemberantasan kelaparan dan penyakit, penurunan angka kematian dan perpanjang kemungkinan hidup dan seterusnya. Selain manfaat materia, ada juga manfaat yang non materilnya, termasuk gagasan kebebasan individu yang menjadi sangat penting sejak abad pencerahan.
 
Sementara itu, di abad ke-21 ini juga telah dirasakan sebagai bentuk kehidupan yang sangat mahal. Sebagian daripadanya bersifat material pula, sebagai akibat dari dislokasi yang terutama terjadi pada tahap-tahap awal kemajuan teknologi. Biaya-biaya yang bersifat non material namun bagi manusia tidaklah menjadi suatu permasalahan. Sebut saja, rusaknya solidaritas tradisonal, pemaksaan peranan-peranan baru serta pola-pola kelembagaan, hilangnya kepercayaan terhadap nila-nilai dan kepercayaan lama. Dalam keadaan yang paling buruk biaya-biaya ini menjerumuskan individu ke dalam anomie, yakni suatu keadaan tidak mengakar, tidak bertujuan, tidak lagi merasa betah di dunia.

Ketidakpuasan terhadap kemajuan teknologi atau modernitas ini telah sejak awal mengundang perlawanan dalam berbagai bentuk. kadangkala bersifat politis dan kejam, di lain waktu tidak lebih dari usaha sejumlah orang untuk menjaga wilayah tertentu dalam kehidupan mereka. Perlawanan terhadap modernitas semacam itu terjadi di Eropa pada waktu permulaan. Selain itu, masyarakat di Dunia Ketiga melanjutkan atau melakukan hal yang sama dan juga tentunya terdapat banyak gejala yang sebanding diantara masyarakati industri maju di Barat. Dengan demikian kebangkitan suatu neotradisionalisme. semisal  bangkitnya tradisional baru di Islam yang dianggap galak dan sangat radikal di semua gejala sejarah. meskipun seperti halnya pada penyebab tunggal, namun sekecil apa pun ia juga merupakan perwujudan perlawanan terhadap modernitas.

Di negara-negara Barat gejala-gejala seperti antikemapanan, sayap yang lebih radikal dari gerakan ekologi dan aspek-aspek tertentu dari Orientalisme relegius akan memiliki unsur kontramoderen di dalamnya. Banyak teori ilmu sosial mengenai proses modernisasi yang melihatnya sebagai unilinier, tidak dapat dibalik, dan barangkali tidak dapat diatasi. Pandangan ini seharusnya diubah, kemajuan teknologi dan percepatan informasi di abad ke-21 sejak awal senantiasa dalam suatu hubungan saling bersambut dengan kontramodernisasi. Terdapat pesang-surut dalam hubungan ini, ada kalanya satu "pihak" dalam persaingan ini unggul, pada kesempatan lain yang lainnya.

Teori modernisasi lama dapat dibenarkan bahwa di sepanjang waktu, modernisasi merupakan kekuatan yang unggul, dengan perlawanan kontramodernisasi lebih bersifat menghambat atau modifikasi daripada membalik proses modernisasi. Alasannya, agak sederhan, bahwa "mesin" teknologi masyarakat kontemporer tidak dapat dibalik tanpa menimbulkan dislokasi yang sesungguhnya tak terbayangkan dan, sekali menjadi mapan, inti sistem setiap moderen ini menyebabkan pengaruh-pengaruhnya ke dalam setiap pranata dengan kekuasaan raksasa. Tetapi, perlu dikemukakan, sejarah modernisasi hingga abad ke-21 kini bukan berarti merupakan petunjuk yang paling benar bagi perjalanannya ke masa depan, terutama dari segi kenyataan bahwa kultur-kultur bukan hanya Barat yang sekarang mengambil peranan penting dalam drama kehidupan ini...

Link: https://www.kompasiana.com/muhammad_fadly_08/5ad95177bde5756984479f54/megatrand-abad-21-wajah-baru-kehidupan-manusia-bagian-ii

Wednesday, April 18, 2018

Megatrend Abad 21: Wajah Baru Kehidupan Manusia (Bagian I)

http://forgacom.fr/pratiques-digitales-entreprises-a-peine/

Bila kita mengingat kembali ke masa ribuan tahun tempo doeloe, kembali ke permulaan sejarah, kita dapat membayangkan tampilan pemikiran untuk pertama kalinya. Setelah berabad-abad manusia tidak melakukan apa pun kecuali mengetuk-ngetuk perkakas dari batu serta menjaga api agar tidak padam untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam menjalani kehidupan, tampilah seseorang yang menyimpang dari kegiatan normal tersebut secara cukup lama hingga menimbulkan gagasan yang kemudian ia sampaikan kepada orang-orang lain dalam kelompok atau suku itu. Kita dapat menebak dengan tepat apakah gagasan tersebut: "Suku ini dalam keadaan krisis!" sejak saat itu segala sesuatunya berlangsung demikian. 

Manusia yang berpengetahuan memiliki suatu ketimpangan mapan dalam mengumumkan krisis, sebab hal ini menarik perhatian masyarakat dan memberikan pengesahan bagi manusia yang telah menyelam di lautan ilmu pengetahuan, yakni menemukan gagasan. Suatu pekerjaan yang tergantung pada subsidi serta kegunaan praktisnya sering meragukan pihak yang terpanggil untuk memberi subsidi. Ini perlu disebutkan disini karena semua pengumuman tentang keadaan krisis akan disambut dengan keraguan. kebanyakan orang menjalani kehidupan mereka dengan sedikit perhatian terhadap krisis-krisis yang didiagnosa oleh orang-orang yang berpengetahuan. oleh karena lebih terikat dengan krisis-krisis sepanjang hidup yang berkenaan dengan eksistensi pribadi, hawa nafsu, penyakit, kalaparan, miskin, menjadi tua dan sebagainya hingga melewatkan banyak waktunya untuk memikirkan penderitaan masyarakat yang lebih luas. Demikianlah, hal ini pernah terjadi di periode hari-hari terakhir Kerajaan Romawi, ketika kaum barbar menyerbu kewilayahnya dan satu persatu institusi di Kerajaan Romawi tenggelam ke bawah sadar dan manusia yang memiliki pengetahuan yang mengumumkan krisis mungkin direhabilitasi secara anumerta.

Karena itu bila kita berbicara mengenai krisis dunia saat ini, kita melakukan hal itu bukan dalam nada meramal, namun secara tentatif dan skeptis. Semisal, bila anda suka; secara hipotesa; meskipun demikian dan seterusnya. Era kemajuan technologi dan percepatan informasi yang hadir dan memberi nafas kehidupan bagi manusia saat ini bukanlah suatu misteri kelam. Ia merupakan pengentalan dari unsur-unsur politik, ekonomi, sosial, budaya, sosiologi dan antropologi yang kesemuanya dapat diperoleh oleh sejarawan dan ilmuan-ilmuan lainnya secara empiris. Seseorang bisa menilai dari sudut pandang dan cara pandangnya sendiri, memuji kehidupan saat ini sebagai perwujudan dari "kemajuan" atau meratapinya sebagai "kemunduran" peradaban.

Ilmu-ilmu empiris tidak dapat mengambil bagian dalam penilaian diatas. Mereka hanya dapat menelaah kondisi saat ini sebagai salah satu gejala sosiohistoris, mencoba memahami segi-segi menyoloknya dan akar-akar kausalnya serta mungkin (senantiasa dalam bentuk "jika-maka") meramalkan paling tidak sedikit kecenderungannya di masa yang akan datang. Dalam hal ini, cara yang paling memuaskan untuk memahami kondisi kehidupan sebagai perubahan kehidupan manusia yang diakibatkan oleh inovasi teknologi dalam abad-abad terakhir. Intinya, "mesin" adalah roh atau energi di abad-21 saat ini yang bermula dari revolusi teknologi yang terus berkembang dan berlangsung. Namun, akibat yang ditimbulaknnya telah melampaui wilayah teknologi itu sendiri. Dengan gempar mengubah hakekat seluruh pranata kehidupan dari yang paling global sampai paling pribadi serta menyusup kedalam intisari kesadaran individu...