Tuesday, December 26, 2017

Perilaku "Gila" Para Elit Politik

" Demokrasi adalah proses di mana orang-orang memilih seseorang yang kelak akan mereka salahkan " Bertrand Russel, Kekuasaan; Sebuah analisis sosial baru.

Menjelang pilkada serentak jilid III saat ini, mayoritas rakyat sudah mengetahui bahkan merasakan bahwa kegaduhan politik tidak lagi terkait dengan kepentingan rakyat, tetapi kegaduhan antarelit politik sendiri yang sifatnya hanya memikirkan diri dan kepentingan kelompoknya saja. 

Inilah atraksi politik. Ketika timbul ketidakpercayaan publik terhadap partai politik (parpol), dan/atau para elitnya, niscaya bakal mengimbas kepada pemerintah itu sendiri.

Implikasi politis itu bersifat pararel atau berbanding lurus. Artinya, melemahnya (peran) parpol terhadap rakyat berbanding implikasinya kepada pemerintah, khususnya dalam rangka meraih kepercayaan publik.

Keamanan dan kesejahteraan rakyat, keselamatan bangsa, keutuhan wilayah dan/atau kedaulatan negara adalah bagian yang tak terpisahkan dari kepentingan nasional sebagai cita dan tujuan nasional itu sendiri. Secara spesifik, ia menyangkut kedaulatan dan/atau ketahananan bidang pangan serta energi sebuah bangsa (Indonesia). Dimana hukumnya bagi segenap warga bangsa mutlak ‘satu suara’ jika menyangkut hal itu. Tak boleh beragam tafsir.

Pertanyaannya, jikalau kini rakyat disuguhi dengan kegaduhan yang dilakukan oleh para elit partai politik, “Adakah kegaduhan politik yang terjadi, berkaitan dengan rakyat atau kepentingan nasional"?

Ya, lagi-lagi perilaku gila para pelaku atau elit-elit itu sendiri yang selalu saling menebar statement namun ‘tidak nyambung’. Contohnya, ada arus dan angin besar yang harusnya diantisipasi malah dianggap sepoi-poi. Parahnya lagi, kesusahan rakyat justru hendak dieksploitasi dan/atau dipertontonkan ke publik global, dan lainnya.

No comments:

Post a Comment