"Belajarlah dari Barat, tapi jangan jadi peniru Barat, melainkan jadilah murid dari Timur yang cerdas, bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali" Tan Malaka, Madilog.
Pada tahun 1899, seorang mantan pejabat peraperadilan yang juga menjadi anggota Parlemen Belanda yang bernama C.Th. Van Deventer dalam tulisannya "Utang Budi" adalah akar lahirnya Politik Balas Budi. Berkat tulisan tersebutlah pada tahun 1901 ratu Wilhelminah (Penguasa Belanda selama lebih dari 50 tahun) dalam pidatonya menjelaskan bahwa akan terjadi zaman baru atau penanda pergeseran politik kolonial atas negara jajahan Hindia Belanda yang lazim disebut Politik balas budi atau Politik etis.
Politik balas budi atau Politik etis menjadi senjata ampuh bagi Belanda, berbekal modus "Pendidikan" para priyayi dan anak pribumi pun akhirnya merasakan pendidikan moderen ala barat. Pendidikan dalam konteks ini tidak semata mencerdaskan, namun pendidikan ada karena kebutuhan tenaga birokrasi kolonial. Akibatnya, terjadilah penataan kelas sosial baru dalam strukutr sosial masyarakat Hindia Belanda yang dulunya golongan sosial hanya terbagi dua yakni kaum priyayi dan rakyat jelata. kini hadir kelompok profesional baru yaitu para birokrat hasil dari pendidikan moderen ala barat.
Jendral TNI Gatot Nurmantyo ketika berkunjug ke UIN Sunan Kali jaga (9/9/2015) dalam rangka memberikan arahan kepada 125 Calon Master dan Doktor penerima Beasiswa LPDP berpesan "Kepada para mahasiswa yang akan mengemban ilmu di luar negeri, jangan menimbulkan isu-isu negatif untuk menciptakan kekacauan di Indonesia dan menjadikan pelajar berprestasi dari Indonesia sebagai agen asing serta mengeksploitasi kelamahan Indonesia yang mudah dipecah belah melalui unsur Sara,"
Pertanyaan membingungkan pun hadir, atas dasar apa Jendral Gatot Nurmantyo menyampaikan pesan tersebut? Mungkin jawabannya bisa kita lihat dalam kasus atau problem yang terjadi di bumi pertiwi ini, semisal kasus BLBI yang belum usai sampai pada perpanjangan kontrak Freeport yang masih hangat untuk diperbincangkan.
No comments:
Post a Comment