Wednesday, June 29, 2016
Ramalan: Antara Tuan Rumah Dan Tamu Undangan
Ramalan itu hukumnya sunah. Boleh percaya, boleh tidak. Tapi dalam beberapa hal, secara pribadi saya kurang percaya pada ramalan. Kenapa? Tak lain agar kita selalu mencari upaya-upaya kontra, atau menggali cara untuk antisipasi. Jika percaya ramalan begitu saja, kita akan pasif, cenderung menerima apa adanya.
Terkait ramalan pasca peralihan pucuk kepemimpinan bangsa ini dari era SBY ke JOKOWI tentang "Rakyat Cina akan berjaya-berkuasa dan Rakyat Indonesia hanya jadi penonton di negara sendiri" apabila kita percaya seratus persen, maka fenonena membanjirnya warga negara Cina secara besar-besaran (migrasi) ke Indonesia akan dinilai wajar, dianggap takdir politik, dampak globalisasi, resiko pasar bebas, dampak MEA, efek kebijakan rezim, dll.
Artinya, etnis Cina di Indonesia akan berkembang biak tanpa kendali tetapi kaum pribumi justru kian terpinggirkan dalam segala hal. Sekali lagi, kenapa saya memilih kurang percaya dengan ramalan, betapa sebuah ramalan seperti diatas tersebut lebih saya persepsikan sebagai isyarat, ataupun peringatan kepada anak-anak cucu kelak. Mengapa begitu?
Bahwa takdir memang ada yang bisa diubah, namun juga ada yang tidak dapat diubah sama sekali (sudah kehendak-Nya) sebagaimana hikmah pada kisah Luth pada istrinya, atau cerita Nabi Nuh dengan putranya.
Pertanyaannya, “Bukankah Tuhan tak bakal mengubah nasib suatu kaum, jika kaum tersebut tidak mengubah sendiri?” Maka, dalam konteks geopolitik dan geostrategi kekinian, kaitan antara ujaran ‘Rakyat Cina yang berkuasa’ dengan migrasi besar-besaran warga negara Cina ke Indonesia, adalah fenomena yang mutlak diantisipasi oleh segenap tumpah darah Indonesia.
Terkait hal di atas, saya yakin dan percaya bahwa takdir masih bisa diubah. Indonesia ini tanah nenek moyang kita yang diwariskan kepada generasi penerus, Bung!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment