Terorisme bagi satu pihak sama dengan gerakan pembebasan atau bahkan pahlawan bagi pihak lain. Chomsky, Hegemoni or Survival |
Awal mula terorisme banyak menyita perhatian publik ketika terjadi peristiwa penabrakan pesawat komersil Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya telah dibajak oleh kelompok teroris ke gedung kembar World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001. Pemerintah AS bereaksi cepat dengan menerapkan kebijakan “war on terroris”, ditambah dengan bantuan media untuk membesarkan isu ini, berhasilah masyarakat dunia terkontruksi persepsinya untuk menganggap terorisme adalah musuh bersama terbesar mereka. Sayangnya, kontruksi musuh bersama tersebut diikuti pula dengan pengkontruksian masyarakat tentang kaitanya salah satu agama yang dekat dengan terorisme sehingga membuat jelek wajah agama tersebut.
Agama yang dimaksud itu ialah Islam, pengkondisian Islam sebagi agama yang erat kaitanya dengan terorisme dikarenakan banyak peraktek-praktek pengeboman dilakukan oleh muslim ditambah dengan peran dari media yang seakan-akan mempercepat pengkondisian tersebut.
Lalu pertanyaanya apakah benar “terorisme” sebagai musuh bersama umat manusia? Mungkin banyak yang berpendapat bahwa pertanyaan tersebut tak membutukan jawaban dikerenakan sudah secara gambalang terlihat bahwa terorisme merupakan musuh bersama bagi umat manusia. Namun harus kita ketahui bersama penjelaskan dan alasan secara jelas mengapa ada pengkondisian bahwa terorisme merupakan musuh bersama.
Sejak berakhirnya Perang Dingin yang ditandai dengan bubarnya Uni Soviet sebagai rival negara demokrasi-kapitalis Amerika Serikat di awal dekade 90-an terjadi perubahan konsep keamanan dalam Hubungan Internasional.
Dahulu keamanan dipahaimi hanya berbicara kalkulasi materi yang sangat bersifat tradisional yang militeristik. Konsep keamanan tersebut menekankan titik fokus pada negara, artinya negaralah sebagai objek yang perluh dilindungi dari ancaman. Namun semenjak berakhirnya Perang Dingin, muncul konsep keamanan baru, seperti “human security”, atau kemanan terhadap manusia. Konsep keamanan ini menitikberatkan pada perlindungan terhadap eksistensi manusia dengan dasar bahwa manusialah yang sebenarnya menjalankan negara dan juga manusialah yang menjadi alasan mengapa negara ada, yaitu untuk melindungi manusia dari anarki alamiah. Dari landasan tersebut maka masuklah terorisme sebagi musuh bersama umat manusia karena tindakan terorisme sendiri mengancam eksistensi manusia dengan melihat sasaran mereka ialah manusia.
Upaya pengkondisian besar-besaran menjadikan terorisme sebagai musuh bersama umat manusia dilakuakan oleh AS pasca tragedi 9/11. Sebelumnya pemerintah AS mengkondisikan persepsi masyarakatnya untuk percaya bahwa musuh bersama mereka ialah komunisme, persis apa yang dilakukan oleh rezim orde baru terhadap masyarakat Indonesia.
Tapi pasca tragedi 9/11 pemerintah AS menudingkan kelompok Al Qaeda yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. Hingga akhirnya AS mencanangkan kebijakan “war on terrorism” di mana pengaplikasian dari kebijakan tersebut ialah melakukan prventive strike dengan pertimbangan yang unilateralisme untuk menginvasi Afganistan yang dituduh sebagai sarang dari kelmpok Al Qaeda. Karakter AS tersebut dikarenakan rezim yang berkuasa pada saat itu dipengaruhi oleh kelompok nekonservatif yang menghendaki kebijakan luar negeri AS bersifat hawkish.
Pengkondisian terorisme sebagai musuh bersama tak lebih dari upaya kalangan neokonservatif di AS untuk mencapai kepentingan-kepentingannya. Mereka mencari-cari alasan terdapat keterkaitan antara Osama Bin Laden dengan rezim Saddam Hussein di Iraq. Kaitannya, Osama dengan organisasinya Al Qaeda memperoleh pasokan persenjataan dari rezim Saddam untuk menyerang kepentingan AS di seluruh dunia, termasuk WTC dan Pentagon.
Dengan kata lain, AS berusaha menyetir opini publik internasional melalui media yang mereka kuasai kalau dalang sesungguhnya dibalik peristiwa 9/11 ialah Saddam Hussein.
David Duke berpendapat sebaliknya mengenai tudingan Bush terhadap Taliban dan Iraq terkait dengan terorisme. Ia dengan berani memilih jalur yang berseberangan dengan pendapat mayoritas publik AS dengan menyatakan bahwa Israellah yang semestinya ditempatkan pada posisi puncak sebagai target AS, sebab negara ini telah melakukan tindakan terorisme terhadap bangsa Palestina dan penghinaan secara sadar terhadap rakyat AS. Bagi Duke, " Israel adalah surga teroris dan AS telah diperalat untuk memuaskan hawa nafsunya dengan mensupalai miliaran dolar yang diperoleh dari pajak rakyat AS untuk memenuhi kebutuhan persenjataan canggih yang digunakan untuk melakuakan pembunuhan terhadap bangsa Palestina".
Dari sedikit uraian tadi semoga cakrawala pengetahuan kita terbuka bahwa terorisme menjadi musuh bersama umat manusia merupakan hasil dari pengkondisian pemerintah AS dengan bantuan mendia mainstream. Munculnya asosiasi terorisme dengan Islam juga tak jauh berbeda dengan upaya pengkontruksian tersebut. Bukan bermaksud untuk menghilangakan daftar tindakan terorisme sebagai musuh bersama umat manusia, namun di sini lebih berusaha untuk terorisme bukan hanya tindakan yang dilakukan oleh kalangan penganut agama tertentu, namun lebih dari itu, tindakan terorisme adalah segala bentuk kekerasan dan pembunuhan yang mengancam eksistensi manusia di muka bumi ini tanpa terpaku pada siapa yang melakukan tindakan tersebut.
No comments:
Post a Comment