Friday, October 6, 2017

Kristenisasi (Bagian I), Penduduk Dunia Ketiga Tidak Layak Hidup!

" Apabila seorang pria dilahirkan di dunia yang serba ada tetapi ternyata tidak memperoleh dari orang tuanya kebutuhan yang berhak dimintanya, dan bila masyarakat merasa tidak memerlukan pekerjaannya, orang itu itu tidak berhak menuntut sepotong makanan pun."  Malthus.


Dewasa ini apa yang digambarkan oleh Malthus diatas ternyata muncul kembali; menurut Profesor Yah Tondon, The Evolution Of The World Economic Order and Possible Responses Of International Organizations, untuk mengenang jasa Malthus sekarang banyak didirikan monumen dalam bentuk berbagai program pembatasan kelahiran di negara-negara berkembang. Demikian pula Susan George, How the Other Half Dies, mengatakan: " Salah satu sasaran utama yang dibidik oleh Dunia Barat dalam melancarkan serangannya terhadap Dunia Ketiga ialah penduduknya sendiri. Jumlah penduduk negara berkembang sudah terlampau banyak, ledakan penduduk di dunia miskin oleh Dunia Barat dijadikan dalih faforit, yang kadang-kadang malah hanya satu-satunya, untuk memberikan gambarang serta alasan tentang kelaparan dunia kepada para pembaca dan pengamat.

Kelompok negara yang sudah maju memang senantiasa berpegang kepada silogisme logika tanpa cacat, yaitu bahwa jumlah sumber daya dunia termaksud persediaan bahan pangan selalu terbatas; penduduk dunia sudah terlalu padat karena tingkat kelahiran di negara-negara miskin sangat tinggi; akibatnya negara tersebut mengalami perkembangan demografi yang luar biasa sehingga terpaksa mengkomsumsikan sumber daya dunia yang lebih banyak, dan akan membahayakan kehidupan seluruh dunia karena tidak mampu memberikan makan kepada sekian banyak penduduk. Kemiskinan dan kelaparan akan dapat diperangi apabila Dunia Ketiga mempraktekkan sistem kontrasepsi.


Jelas bahwa penduduk dunia mengalami pertumbuhan yang sangat mengagumkan. Rupanya setiap bulan "pertambahan jumlah penduduk bumi sama dengan jumlaj seluruh penduduk di Prancis". Pada tahun 1960 meningkat menjadi 3 milyar, dan tahun 1967 semakin bertambah sampai 4 milyar, dan saat ini mencapai 7 milyar. Malah dalam kurung waktu tidak sampai satu abad akan tercapai jumlah yang sangat fantastis, yaitu 30 milyar penduduk.

Problem demografis bukan merupakan masalah yang baru, namun sampai sejauh ini masih belum diambil tindakan yang serius untuk memberikan jawaban yang berarti. Mungkin satu-satunya jawaban yang dapat disodorkan hanyalah pertumbuhan negara yang bersangkutan sendiri ditinjau dari segi ekonomis dan kultural.

Apabila direnungkan lebih dalam, penyebab utama ledakan penduduk bersumber dari tahap perkembangan maupun pembinasaan dan pemerasan/eksploitasi yang dilakukan oleh kelompok negara kaya terhadap Dunia Ketiga.

Bertambahnya jumlah penduduk dunia yang mencolok di negara-negara miskin lebih disebabkan karena keadaanya masih dalam tahap perkembangan, dan bukan masih mengalami perkembangan karena jumlah penduduknya terlampau banyak.

Di depan Konperensi Kependudukan Dunia yang diselenggarakan oleh PBB di Bukares tanggal 18 sampai 31 Agustus 1974 tempo doeloe, delegasi India secara gamblang menjelaskan bahwa tidak satu cara pun dapat diterapkan untuk menurungkan tingkat kelahiran kecuali bila sebelumnya telah didukung oleh perkembangan ekonomi dan sosio kultural yang minimun. Untuk menerapkan kebijaksanaan itu diperlukan sejumlah staf yang minimun sudah dilatih untuk menangani masalah kesehatan, sosial kultural dan lain-lainnya. Dengan memanfaatkan tenaga itu sampai tingkat tertentu niscaya akan tercapai perkembangan baru.

Dalam Konperensi Kependudukan tersebut. Pertentangan pendapat yang menggema antara delegasi Cina dan delegasi vatikan. Menurut delegasi Cina: "manusia merupakan benda yang paling berharga," sedangkan pihak delegasi Vatikan mengatakan bahwa " problem kependudukan Dunia lebih diakibatkan oleh sifat egoisme kaum yang kaya, dan bukan karena kesuburan golongan miskin.

Problem-problem distribusi penduduk menurut laporan Dag Hammerskjold, What Now? mengatakan " Dengan dilandasi oleh asumsi bahwa jumlah sumber daya yang sangat terbatas, dalam setiap pembahasam yang cermat pertama-tama harus dapat diketahui siapa yang selama ini menghabiskan sumber daya dan untuk apa sumber daya itu dimanfaatkan. Sampai sekarang ekonomi pasaran industri yang hanya mewakili 18% dari seluruh penduduk dunia ternyata mengkonsumsikam 68% 9 bahan mineral dasar (kecuali minyak). Padahal Dunia Ketiga yang menghuni atau mewakili 50% jumlah seluruh penduduk dunia hanya menghabiskan 6%. Dalam hal ini jelas tekanan terhadap sumber daya memang rill dan kompleks, namun tidak banyak sangkut pautnya dengan tekanan demografi itu sendiri. Paling tepat bila dikatakan bahwa gaya konsumsi yang diperagakan oleh negara-negara industri tidak mungkin dicegah apabila 4 atau 10 milyar manusia berusaha mencarinya, walaupun hal ini merupakan salah satu argumen yang dapat dijadikan landasan untuk mengubah gaya konsumsi masyarakat industri, dan bukan sebagai dasar untuk memberi saran kepada golongan miskin agar menurunkan angka kelahirannya."

Sebagaimana yang pernah dikatakan Susan George, How the Other Half Dies, yang menguraikam secara jelas bahwa kelaparan tidak disebabkan oleh pertambahan penduduk dan bahwa kedua masalah itu mencerminkan kegagalan sistem politik dan sosial dunia pada umumnya.

"Dunia Barat sebenarnya tidak perlu menyebutkan bagaimana keadaan kehidupan separuh jumlah penduduk dunia dan berapa bayi yang dilahirkan. Tetapi sebaliknya kepada kita malah harus diberi saran untuk meneliti kembali berbagai motif yang selama ini sudah mempengaruhi perasaan kita sendiri. Sudah tentu Dunia Barat takut dan cemas karena pada suatu saat semakin banyak jumlah penduduk di Dunia Ketiga akan menuntut hak mereka dan sekaligus mendesak agar golongan kaya menurunkan standar kehidupannya. Selain itu, ketakutan yang hadir bagi Dunia Barat ialah karena tekanan kependudukan pada akhirnya akan menunjukkan bahwa satu-satunya pemecahan yang dapat dicapai ialah REVOLUSI" Susan George.

No comments:

Post a Comment