War On Teror |
Tahun 1848-an, Karl Marx menerbitkan “The Communist Manifesto”. Akan tetapi pada saat yang sama, Karl Ritter dari Universitas Frankfurt membuat anti-tesis bagi Komunisme. Dan ujung olah pikir Ritter dijadikan basis bagi Freidrich Nietzsche menerbitkan “Nietzscheanisme” atau Nihilisme. Akhirnya Nihilisme ditingkatkan lagi menjadi Fasisme, dan digunakan untuk menjalankan Perang Dunia II.
Disinyalir berbagai kalangan, Nihilisme merupakan embrio “paham teroris” yang kini marak. Sesuai surat Pike kepada Mazzini yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa akan dilepas para nihilis dan atheis, lalu memprovokasi sebuah katalis besar sosial yang akibatnya ditunjukkan kepada semua negara!
Nihilisme dijejalkan sebagai dogma (keyakinan yang ditelan tanpa kritik) kepada individu, kaum atau golongan melalui penyimpangan “Ajaran Jihad” seperti radikalisme, pencarian dana via merampok, bom-bom bunuh diri dan lainnya atas nama agama. Ya, lagi-lagi agama dikambing-hitamkan serta dilembagakan guna menampung ajaran palsu dan doktrin-doktrin sesat!
Nihilisme ialah pokok ajaran Friedrich Nietzsche. Inti Nihilisme menyebut bahwa keberadaan manusia di dunia tidak memiliki tujuan. Nihilis memiliki beberapa pandangan: (1) tak ada bukti mendukung keberadaan pencipta, (2) moral sejati tidak diketahui, dan etika sekuler adalah tidak mungkin dan lain-lain. Karena itu, kehidupan tidak memiliki arti dan tidak ada tindakan lebih baik dari pada yang lain.
Bahwa Marx, Ritter dan Neitzsche sesungguhnya bekerja atas instruksi Dinasti Rothschild untuk menciptakan aneka dan ragam gagasan. Tujuannya agar dunia rentan perpecahan melalui perbedaan ideologi. Maka ibarat setumpuk jerami kering, tinggal memantik dengan satu percikan, api pun pasti berkobar.
Itulah keinginannya. Semakin meluas konflik dan pertengkaran, semakin mudah orang dipersenjatai, kemudian didorong untuk saling membunuh mengatas-namakan kebenaran ideologi yang dipujanya. . . .
No comments:
Post a Comment