Friday, September 22, 2017

Human Extinction; Antara Kemiskinan dan Kemakmuran

Bumi mampu mencukupi kebutuhan manusia
tetapi tidak mampu mencukupi kerakusan manusia
Mahatma Gandhi


Sampai sejauh mana ketimpangan yang terjadi di dunia ini, yang benar-benar diketahui? ini adalah pertanyaan sederhana tapi sungguh membuat pusing kepala. Sebab, dimana-mana perbedaan malah timbul secara konstan dan semua kepincangan ini mengarah kepada meletusnya situasi konflik besar-besaran. Ketimpangan yang sangat mencolok akan memberikan peluang kepada beberapa kalangan tertentu yang dapat menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Sedangkan pihak lain hanya bisa pasrah dan tentunya mengalami kerugian yang amat besar pula. Dari hasil kemajuan yang dicapai di bidang pemrosesan data dan statistik dapat disusun beberapa tolak ukur untuk mengukur kegawatan atau ketimpangan situasi dunia saat ini.

Perbedaan antara negara industri dengan kelompok negara yang sedang berkembang dan miskin sudah cukup jelas, yaitu sangat tidak simetris dan penyimpangannya sungguh tiada bandingnya. Sepertiga umat manusia yang mewakili hampir semua negara sedang berkembang kenyataannya hanya menerima 3% dari jumlah seluruh penghasilan dunia. Jurnalist dari yugoslavia, Lazar Mojsov mengatakan, penduduk negara berkembang yang mewakili tiga perempat seluruh umat manusia di dunia hanya menerima 6,5% dari seluruh penghasilan dunia. Dimana penghasilan per kapita ternyata hanya delapan belas kali lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan yang dinikmati oleh negara maju sebagi suatu keseluruhan. Dunia ketiga memang memiliki 80% jumlah bahan mentah yang tersedia di dunia, akan tetapi pembagian produksi industri secara menyeluruh belum mencapai 7%.

Sejenak kembali ke masa tempo doeloe, pada tahun 1975 pendapatan nasional di Swedia sudah melebihi 8.000 dollar per kapita, dan di negara Eropa lainnya berkisar sekitar 3.000 sampai 6.000 dollar. Pada saat itu pendapatan nasional per kapita di 25 negara yang perkembangannya paling lamban hanya mencapai 45 sampai 90 dollar setiap tahun. Dengan penduduk yang berjumlah 10 juta jiwa, Swedia mampu menghasilkan dan memanfaatkan tenaga listrik yang jauh lebih banyak dibadingkan dengan India yang berpenduduk 600 juta jiwa. Untuk dapat mencapai tingkat produksi dan konsumsi yang sama dengan Swedia, pemerintah New Delhi harus membangun 10.000 stasion tenaga nuklir yang masing-masing berkekuatan 500 megawat.

Manakala mayoritas umat manusia hidup dalam keadaan kelaparan endemis, sebaliknya Amerika serikat yang hanya mewakili 6% penduduk seluruh dunia telah menghabiskan 55% semua sumber daya alam di dunia ini. Jumlah seluruh bangunan yang menggunakan ac di Amerika Serikat ternyata menghabiskan lebih banyak tenga listrik dibandingkan seluruh pabrik di RRC yang penduduknya berjumlah 1,37 milliar jiwa.

Faktanya, saat ini. Seorang anak di Amerika Serikat secara kasar telah memanfaatkan (memakai) 500 kali lebih banyak sumber energi daya material dibandingkan dengan anak di negara sedang berkembang.

Kepincangan "kelaparan" merupakan salah satu bentuk kepincangan yang paling berat menimpa semua manusia. Oleh kalangan organisasi pangan dan pertanian PBB (FAO) telah diperkiran bahwa 15 di antara 100 orang mengandung gizi yang berlebih-lebihan, sedangkan di pihak lain satu di antara sepuluh orang meninggal karena menderita kelaparan.

Menurut Konprensi Pangan Sedunia yang diselenggarakan di Roma pada bulan November 1974, satu orang di antara enam orang dewasa telah menderita kekurangan gizi. Sedang pada tahun 2010, hasil dari Konprensi Pangan dunia yang diselenggarakan di Indonesia pada 14-18 maret, perbandingan ternyata jauh berubah menjadi lima diantara enam orang. Apabila saat ini tidak mengambil langkah-langkah yang positif untuk menanggulangi keadaan yang amat menyedihkan ini, dan apabila di beberapa kawasan dunia masih saja banyak masalah yang cenderung mengarah kepada "kemiskinan absolut", sementara itu pula butir-butir gandum, seperti halnya radiasi nuklir, merupakan produk strategi utama bagi mereka yang sudah mengetahui bagaimana memanfaatkannya. Maka, hendaklah disadari bahwa "kemiskinan absolut" akan membawa manusia menuju kepunahan.

2 comments:

  1. Hanya satu solusi. Shodaqotan nafakotan. Orang kaya jangan terus menabungkan uangnya. Tapi harus dibelanjakan untuk keseimbangan ekonomi

    ReplyDelete
  2. Foll back ya Gan, biar bisa terus berbagi

    ReplyDelete