Lenyapnya batas-batas teritorial, batas-batas negara dan bangsa, batas-batas kesukuan dan kepercayaan, batas-batas politik dan kebudayaan, merupakan dampak dari ekonomi dan informasi saat ini. Namun, di dalam era saat ini. Ternyata tidak banyak orang berbicara mengenai lenyapnya batas sosiologi antara dunia anak-anak dan dunia orang dewasa, misalnya: batas ontologis antara citra dan realitas; batas filoofis antara kebenaran dan kepalsuan, batas psikologis antara normalitas dan abnormalitas, batas politis antara penguasa dan teoritis, batas ekonomi antara bencana ekonomi dan sukses ekonomi.
Era globalisasi yang berkaitan dengan ekonomi, informasi, kebudayaan, telah menawarkan berbagai keterbukaan dan kebebasan; Ekonomi pasar bebas, komunikasi bebas, seks bebas. Keterbukaan telah mendorong perkembangbiakan, pelipatgandaan dan penganekaragaman produk, informasi, tanda dan kesenangan yang tanpa batas dalam skala global, yang menawarkan pula hutan rimba pilihan.
Setelah semua batas-batas tersebut di atas lenyap, yang kemudian terbentuk adalah jaringa-jaringan transparan global dalam berbagai diskursus: jaringan transparansi informasi, transparansi komunikasi, transparansi ekonomi, transparansi seksual. Di dalam jaringan transparansi informasi; orang membaca, mendengar, melihat, menonton, merekam, mengkopi, apa saja yang sebelumnya dianggap tabu. Di dalam jaringan transparansi komunikasi; orang memperlihatkan, mempertontonkan, membicarakan, memamerkan apa saja yang dianggap imoral. Di dalam jaringan transparansi seksual; orang menyaksikan, menonton, melakukan hubungan seksual tanpa batas gender, adat, umur. Di dalam jaringan transparansi ekonomi; orang memproduksi, memperjualbelikan dan mengkosumsi apa saja, termaksuk libido.
Masyarakat yang di dalamnya terdapat wajah yang dibangun dari serangkaian citra-citraan, dan tubuh dijalari oleh berbagai jenis virus adalah wujud dari masyarakat kapitalisme global. Tubuh dijadikan citra-citraan dalam rangka menjual komoditi (gadis model, covergirl, gadis penyorak dll), atau tubuh itu sendiri dijadikan komoditi, dan memuatinya dengan konsep dan makna-makna semiotis (prostitusi, striptease). Tidak saja libido digunakandalam merangsang penjualan komoditi,akan tetapi libido itu sendiri kini telah menjadi komoditi.
J.F Lyotard, di dalam bukunya Libinal Economy, mengemukakan bahwa di dalam analisis ekonomi politik kapitalisme mutakhir, apa yang tampak dari diskursus ekonomi adalah pengaturan lalu lintas ekonomi melalui model mucikari. Mucikari itu sendiri merupakan seseorang yang menghasilkan uang dari kegairahan. Ia menggunakan setiap trik untuk mengubah segala bentuk rangsangan libido menjadi kapital, dan memutarnya demi mendapatkan nilai surplus atau keuntungan.
Dalam dunia industri film, seorang produser menerapkan hukum-hukum komoditi pada sebentuk tubuh, memperindah penampilan, memperbesar daya rangsangan, meningkatkan pelayanan agar ia siap menerima setiap permintaan. Sebab, sebagai komoditi, teknik, gaya, atau kombinasi-kombinasi baru kreatif harus ditemukan untuk menarik konsumen. Apa yang diinginkan melalui kapitalisasi libido adalah membuta sebatang tubuh mampu menarik keuntungan dari status komersialnya. Untuk itu, Ia mengharuskan bahwa setiap fragmen tubuh dan kapasitas libidonya harus bisa dipasarkan.
Michel Foucault adalah seorang pendukung filsafat pembebasan libido ini. Di dalam bukunya The History Of Sexuality, Foucault berargumen bahwa di dalam masyarakat yang menjunjung tinggi peradaban seperti masyarakat kapitalisme global sekarang ini, pembebasan rangsangan-rangsangan yang ada di dalam diri harus dibebaskan, hasrat harus disalurkan, perbedaan atau diferensi harus dapat dihasilkan.
Dalam ekonomi pasar bebas, ketika sebatang tubuh memasuki satu jaringan ekonomi pasar bebas libido, maka seperti buah komoditi dalam jaringan pasar bebas, ia akan menjadi bersifat anonim atau menjadi milik semua orang, menjadi transparan, menjadi kehilangan kategoris. Tubuh (prostitusi, homoseksual, heteroseksual, pedofilia) akan membentuk sebuah jaringan seksual dengan siapa saja dalam satu orbit seksualitas.
Bersamaan dengan Mengalirnya seks dari satu negara ke negara lain, dari satu lokalisasi ke lokalisasi lain, mengalir pula virus HIV (Human Immunodeficiency Virus), yang mengakibatkan bencana AIDS (Acquired Immue Deficiency Syndrome). AIDS menurut Baudrillard Merupakan produk kebebasan libido, transparansi, promiskuitas, dan hipersensibilitas yang tidak terkendali yang melewati kapasitas alamiahnya.
Pada akhirnya, virus HIV beroperasi layakya terorisme, yang menyusup kedalam sebuah sistem, menggerogoti dan kemudian menghancurkan sistem tersebut dari dalam.
No comments:
Post a Comment